www.edukez.com, Pada dunia perindustrian,
perancangan dan pengawasan produksi sangat dibutuhkan baik untuk perusahaan
yang menghasilkan produk maupun jasa, sangat dibutuhkannya perancangan ini
karena akan menghasilkan penentuan-penentuan tindakan atau aktivitas pada
periode-periode mendatang. Dengan adanya perancangan sistem produksi ini,
diharapkan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, tepat, akurat
serta kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Kelancaran proses produksi
dapat menghemat biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu,
perancangan dan pengawasan produksi ini diharapkan agar target produksi dapat
tercapai tanpa ada hambatan-hambatan yang dapat mengganggu produksi tersebut.
Oleh karena itu perencanaan produksi merupakan salah satu unsur yang paling
penting dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus akan digunakan dalam
membantu perencanaan produksi perusahaan.
MAKALAH
PERANCANGAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI
OLEH:
Faiz Sawa Elgani 35.2014.421016
Imon Agung Khoirudin 35.2014.421015
KAMPUS MANAJEMEN UNIDA
KAMPUS MANAJEMEN UNIDA
KATA PENGANTAR
Pertama marilah kita ucapkan puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, hingga pada akhirnya
kita dapat menyelesaikan tugas ini di waktu yang tepat.
Tugas ini kami buat berdasarkan kewajiaban untuk
mennyelesaikan tugas matakuliah Manajemen Oprasional serta sebagai kebutuhan
kami sebagai mahasiswa guna dapat lebih memahami tentang manajemen oprasional.
Tak lupa kami ucapkan beribu terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini, sehingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini karena kekurangan kami dalam memahami setiap referensi
yang ada. Mengingat keterbatasan itu, maka kami mengharapkan kritik dan saran
dari Dosen pengampu mata kuliah ini khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca
pada umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Amin.
Alhamdullillahirrabibil’aalamiin.
Wassaalaamu’alaikum Wr. Wb.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pada dunia perindustrian,
perancangan dan pengawasan produksi sangat dibutuhkan baik untuk perusahaan
yang menghasilkan produk maupun jasa, sangat dibutuhkannya perancangan ini
karena akan menghasilkan penentuan-penentuan tindakan atau aktivitas pada
periode-periode mendatang. Dengan adanya perancangan sistem produksi ini,
diharapkan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, tepat, akurat
serta kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Kelancaran proses produksi
dapat menghemat biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu,
perancangan dan pengawasan produksi ini diharapkan agar target produksi dapat
tercapai tanpa ada hambatan-hambatan yang dapat mengganggu produksi tersebut.
Oleh karena itu perencanaan produksi merupakan salah satu unsur yang paling
penting dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus akan digunakan dalam
membantu perencanaan produksi perusahaan.
B.
Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan unituk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional yang di berikan kepada kami.
- Untuk mengetahui materi tentang perancangan sistem produksi.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perancangan sistem produksi.
- Untuk mengetahui tujuan perancangan sistem produksi.
C.
Pokok Permasalahan
1.
Pengertian perancangan dan pengawasan produksi secara umum
2.
Bagaimana rancangan proses produksi
3.
bagaimana rancangan prasi jasa
4.
bagaimana perancangan dan pengukuran kerja
Bab II
Pembahasan
A. Perancangan dan Pengawasan Produksi
1.
Perancangan Produksi
Perancangan produksi
adalah perancangan suatu produk yang nantinya akan di produksi, merancang
produk merupakan salah satu syarat untuk produksi. Hasil dari desain produk
yang telah disetujui selanjutnya dilanjutkan ke bagian operasi untuk dijadikan
sebagai spesifikasi produksi. Desain produk merupakan hal yang sangat penting
dalam menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Kemajuan teknologi
berdampak pada berkembang pesatnya desain-desain produk yang secara terus
menerus. Sebagian besar perusahaan secara kontinyu melakukan perubahan,
perbaikan dan pengembangan terhadap produk-produk lama yang sudah ketinggalan
jaman.
2.
Pengawasan Produksi
Pengawasan produksi
merupakan kegiatan yang terdiri dari sekumpulan prosedur yang dengan baik
digariskan bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi,
manusia, mesin, alat-alat (tools) dan material kedalam arus yang lancar
untuk dapat menghasilkan outpit (product) dengan kemungkinan sedikit
sedikit sekli interruption, dalam waktu yang secepat mungkin dan dengan
pengorbanan biaya yang sekecil-kecilnya.
Menurut Harsono (1984;87) dinyatakan
bahwa:
pengawasan
produksi tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengawasi produk yang jadi, tetapi
pengawasan dimulai sejak dari persediaan bahan mentah sampai barang jadi.
Pengawasan produksi dapat dikatakan menyerupai tata kerja
otak manusia mengawasi tata persyaratan di dalam tubuh. Demikian pula
pengawasan produksi yang mengatur kegiatan manufacturing sehingga schedule yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan efisien.
Menurut
Cloude S. George (1991;263) pengawasan produksi adalah:
mempercepat
dan mengawasi pekerjaan melalui suatu pabrik, hingga pekerjaan bergerak dari
satu departemen ke departemen lain secara sistematis tanpa adanya kelambatan
dengan kemacetan-kemacetan yang minimum.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pengawasan produksi merupakan suatu kegiatan pengawasan
yang dimulai sejak penyediaan bahan mentah sampai barang jadi bertujuan
mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi untuk dapat
menghasilkan produk dalam waktu yang tepat dan ongkos yag minimum. Secara ringkas pengawasan produksi dapat dikelompokkan sebagi
berikut:
a.
Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah
pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan,
sehingga produk yang dikerjakan itu sesuai dengan keinginan si pemesan baik
mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya.Pada pengawasan ini, tiap-tiap produk
pesanan harus dipisahkan dari produk pesanan yang lain, dimana setiap pesanan
memiliki nomor pesanan (order)-nya tersendiri.Oleh karena itu order control
dijalankan pada produksi dengan proses yang terputus-putus (intermittent
manufacturing) dimana jenis mesin yang digunakan adalah mesin serba guna
(general purpose machine), barang yang diproduksi mempunyai jenis dan bentuk
yang berubah-ubah sesuai dengan pesanan.
b.
Flow Control atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi
yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran
proses pengerjaan. Pada pengawasan ini dibutuhkan suatu tingkat hasil (output)
yang agak tetap atau konstan. Oleh karena itu flow control ini dijalankan pada
produksi yang terus-menerus (continuous manufacturing), dimana bahan-bahan yang
digunakan dalam proses mempunyai arus yang relatif tetap, dan jenis mesin yang
digunakan adalah mesin khusus (special purpose machine), serta hasil produksi
mempunyai bentuk dan jenis yang sama dalam jangka waktu tertentu.
c.
Load control, pengawasan terhadap pengaturan pembebanan
mesin-mesin yang pengerjaan beberapa produk-produk berbagai ukuran dan
variasi (contoh percetakan, penerbitan dan sebagaianya).
d.
Block control, pengawasan ini mengelompokkan order-order
menurut model, ukuran, dan style tertentu dan kemudian menggabungkannya menjadi
secar block. Suatu block adalah sejumlah produk yang dapat diproduksikan pabrik
dalam periode tertentu missal satu hari (contoh kegiatan produksi pakaian
jadi).
B.
Rancangan Proses Produksi
Diantara keputusan penting yang harus
diambil oleh para manajer operasi adalah keputusan yang meliputi rancangan
proses fisik untuk memproduksi barang
1. Seleksi
proses
Seleksi proses merupakan serangkaian keputusan
mengenai tipe atau jenis produksi dan peralatan yang digunakan.
Proses produksi dapat dibedakan baik
atas dasar karakteristik aliran prosesnya maupun tipe pesanan langganan.
Dimensi klasifikasi proses produksi pertama adalah aliran produk atau urutan
operasi-operasi. Ada tiga tipe aliran:
a.
Aliran Gari
Produk
terstandarisasi dan mengalir dari satu operasi atau tempat kerja ke operasi
berikutnya dengan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Operasi-operasi
aliran garis dapat dibagi menjadi dua tipe produksi, yaitu:
1)
Produksi Massa (mass production)
Memproduksi
kumpulan-kumpulan produk dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian
operasi yang sama dengan kumpulan produk sebelumnya, sehingga proses ini sering
disebut sebagai repetitive process.
2) Produksi Terus-menerus (continuous
production)
Produksi
yang ditandai dengan waktu produksi yang relatif lama untuk menghindari
penyetelan-penyetelan, persiapan-persiapan lain dan kemacetan-kemacetan yang
mahal.
Pola
aliran garis biasanya efisien tetapi juga tidak fleksibel. Efisiensi ini
diakibatkan oleh substitusi proses operasi padat karya dengan proses padat
modal dan standarisasi pengerjaan tugas-tugas rutin. Tingkat efisiensi yang
tinggi diperlukan untuk menutup biaya peralatan-peralatan khusus melalui
produksi dalam volume yang relatif besar.
Contoh: Produksi mie instant, surat
kabar, dll.
b. Aliran Intermiten
Aliran intermiten mempunyai ciri
produksi dalam kumpulan-kumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis
pada interval-interval waktu yang terputur. Suatu produk atau pekerjaan akan
mengalir baku sampai dengan menjadi produk akhir tidak mempunyai pola yang
pasti.
Pola aliran intermiten sangat
fleksibel dalam perubahan volume atau produk, karena operasinya menggunakan
oeralatan serba guna dan tenaga kerja berketerampilan tinggi. Fleksibilitas ini
menimbulkan berbagai masalah dalam pengendalian persediaan, skedul dan
kualitas, di samping juga agak tidak efisien. Pola ini dapat diterapkan dalam
produksi barang-barang yang tidak distandarisasi atau volume produksinya
rendah, karena pola ini adalah paling ekonomis dan melibatkan risiko paling
kecil.
Contoh: Produksi
furniture dan kerjainan lainny.
c. Aliran Proyek
Aliran ini digunakan unuk memproduksi
produk-produk khusus atau unik. Biasanya setiap unit produk dibuat sebagai
sauatu barang tunggal. Masalah signifikan dalam manajemen proyek adalah
perencanaan, pengurutan, scheduling dan pengawasan kegiatan-kegiatan individual
yang mengarahkan penyelesaiaan proyek secara keseluruhan. Secara konseptual
urutan kegiatan proyek.
Contoh
dari aliran proyek ini antara lain adalah: Pesawat, kapal, kereta api,
jembatan, gedung dll.
Perbedaan Karakteristik Proses
Karakteristik
|
Garis
|
Intermiten
|
Proyek
|
Produk
|
|||
Tipe
order
|
Kontinyu/kumpulan
besar
|
Kumpulan
|
Unit
Tunggal
|
Aliran
produk
|
Berurutan
|
Berpola
tidak pasti
|
Tidak
ada
|
Variasi
produk
|
Rendah
|
Tinggi
|
Sangat
tinggi
|
Tipe
pasar
|
Massa
|
Pesanan
|
Khusus
(unik)
|
Volume
|
Tinggi
|
Menengah
|
Unit
tunggal
|
Tenaga
kerja
|
|||
Ketrampilan
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tipe
kegiatan
|
Bersifat
pengulangan
|
Tidak
rutin
|
Tidak
Rutin
|
Upah
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Kapital
|
|||
Investasi
|
Tinggi
|
Menengah
|
Rendah
|
Persediaan
|
Rendah
|
Tinggi
|
Menengah
|
Peralatan
|
Mesin
khusus
|
Serba
guna
|
Serba
guna
|
Sasaran
|
|||
Fleksibilitas
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Biaya
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Kualitas
|
Konsisten
|
Lebih
variabel
|
Lebih
variabel
|
Waktu
penyelesaian
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Perencanaan
danPengawasan
|
|||
Produksi
|
Mudah
|
Sulit
|
Sulit
|
Kualitas
|
Mudah
|
Sulit
|
Sulit
|
Persediaan
|
Mudah
|
Sulit
|
Sulit
|
Klasifikasi
proses produksi berdasarkan tipe langganan dibagi dua, yaitu:
1.
Proses Produksi untuk Pesanan.
Proses ini pada dasarnya memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa atas dasar permintaan atau pesanan tertentu
langganan akan suatu produk. Dalam proses produksi untuk pesanan, kegiatan
pemrosesan menyesuaikan denganspesifikasi pesanan langganan secara individual.
Faktor
terpenting dalam pelaksanaan proses produksi untuk pesanan adalah waktu
penyelesaian. Sebelum pesanan dilakukan, harus dilakukan kesepakatan waktu
penyelesaian terlebih dahulu.
2.
Proses Produksi untuk Persediaan
Proses ini menetapkan bahwa perusahaan
selalu melakukan kegiatan produksi guna mengisi persediaan yang ada. Permintaan
langganan dipenuhi dengan produk-produk standar dari persediaan.
Persediaan digunakan untuk memenuhi permintaan yang tidak pasti dan merencanakan
kebutuhan kapasitas. Oleh karena itu, forecasting, manajemen persediaan, dan
perencanaan kapasitas menjadi esensial bagi suatu operasi produksi untuk
persediaan.
Faktor
terpenting yang harus diperhatikan adalah tindakan penggunaan aktiva produksi (persediaan
dan kapasitas) dan pelayanan langganan, yang mencakup perputaran persediaan,
pemanfaatan kapasitas, penggunaan kerja lembur, dan persentase permintaan dapat
dipenuhi dari persediaan.
Perbedaan
pokok jenis proses produksi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Karakteristik
|
Pesanan
|
Persediaan
|
Produk
|
Spesifikasinya
ditentukan langganan
Tidak distandarisasi
Volume kecil
Variasi besar
Relatif mahal
|
Spesifikasinya
ditentukan perusahaan
Distandarisasikan
Volume besar
Variasi kecil
Relatif murah
|
Sasaran
|
Pemenuhan
waktu penyelesaiaan dan pengelolaan kapasitas
|
Keseimbangan
persediaan, kapasitas dan pelayanan
|
Masalah
utama
|
Ketepatan
pengiriman
Pengawasan pengiriman
|
Forecasting
Perencanaan produksi
Pengendalian persediaan
|
2.
Keputusan Seleksi Proses
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan
seleksi proses secara ringkas dapat diperinci sebagai berikut:
a. Kebutuhan modal.
b. Kondisi pasar.
c. Tenaga kerja
d. Bahan mentah
e. Teknologi
f.
Ketrampilan manajemen
3.
Strategi Proses Produk
Strategi proses produk adalah sebuah
keputusan penting yang dilakukan oleh manajer operasi adalah menemukan cara
produksi yang terbaik. Sebuah strategi proses (process strategy) atau
transformasi adalah sebuah pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya
menjadi barang dan jasa.
Tujuan strategi proses adalah
menemukan suatu cara memproduksi barang dan jasa yang memenuhi persyaratan
pelanggan dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya dan manajerial
lain. Strategi proses produk merupakan proses yang akan mempunyai dampak jangka
panjang pada efisiensi dan produksi, begitu juga pada fleksibelitas biaya, dan
kualitas barang yang diproduksi
Ada empat strategi proses yaitu:
a. Fokus pada Proses
Tujuh puluh
lima persen dari semua produksi global berdedikasi untuk membuat produk yang
bervolume rendah, tetapi bervariasi tinggi, pada tempat yang disebut dengan
“job shop”. Fasilitas seperti itu diatur sesuai dengan aktivitas atau proses
tertentu.
Contoh
perusahaan yang menggunakan strategi fokus pada proses:
1) Dalam sebuah pabrik, proses yang ada
mungkin berupa departemen yang menangani pengelasan, penghalusan, dan
pengecatan.
2) Dalam sebuah kantor, proses yang ada
dapat berupa penanganan utang, penjualan, dan pembayaran.
3) Dalam sebuah restoran proses
tersebut, mungkin berupa bar, panggangan, dan pembuat roti.
b. Fokus Berulang
Proses
berulang berada di antara strategi yang terfokus pada produk dan proses. Proses
berulang menggunakan modul. Modul adalah bagian atau komponen yang telah
dipersiapkan sebelumnya, yang sering berada dalam proses yang kontinu. Lini
proses berulang (repetitive process) sama dengan lini perakitan klasik.
Lini yang secara luas digunakan di dalam
hampir seluruh perakitan mobil dan peralatan rumah tangga; lebih terstruktur
dan karenanya menjadi lebih tidak fleksibel dibandingkan adanya customizing
yang lebih dibandingkan suatu proses kontinu; modul (sebagai contoh, daging,
keju, saus, buah tomat, bawang) dirakit untuk mendapatkan suatu quasi-custom
produk, yaitu roti lapis keju.
Dengan cara ini, perusahaan memperoleh
keunggulan ekonomis dari model yang kontinu (di mana banyak modul disiapkan)
dan keunggulan umum model, yaitu volume rendah, dengan banyak variasi
c. Fokus pada produk
Proses yang memiliki volume tinggi dan
variasi yang rendah adalah proses fokus pada produk (product-focused). Fasilitas
diatur di sekeliling produk. Proses ini disebut juga dengan proses kontinu,
sebab mempunyai lintasan produksi yang sangat panjang, dan kontinu.
Produk seperti kaca, kertas, lembaran timah,
bohlam lampu, bir, dan baut dibuat melalui suatu proses yang kontinu. Beberapa
produk, seperti bohlam lampu, dibuat dalam proses yang diskrit; yang lain,
seperti gulungan kertas, adalah non-diskrit. Perusahaan dapat mendirikan fasilitas
yang terfokus pada produk hanya dengan standardisasi dan pengendalian kualitas
yang efektif.
Sebuah organisasi yang memproduksi bola lampu
yang sama, atau roti hot dog setiap hari dapat mengatur fasilitas di sekitar
produk. Sebuah organisasi memiliki kemampuan yang tidak bisa dipisahkan untuk
menetapkan standar dan menjaga kualitas tertentu, yang berbanding terbalik
dengan organisasi yang memproduksi produk unik tiap hari, seperti percetakan
atau rumah sakit umum.
d. Fokus Mass Customization
Para manajer operasi telah memproduksi jasa
dan barang pilihan ini melalui apa yang dikenal sebagai mass customization. Tetapi
mass customization bukan hanya tentang variasi produk, tetapi bagaimana secara
ekonomis mengetahui dengan apa yang diinginkan pelanggan dan kapan pelanggan
menginginkannya.
Mass customization merupakan pembuatan produk
dan jasa yang dapat memenuhi keinginan pelanggan yang semakin unik, secara
cepat dan murah. Mass customization memberikan kita variasi produk yang
biasanya disediakan oleh manufaktur yang bervolume rendah (terfokus pada
proses) dengan biaya seperti manufaktur yang bervolume tinggi dan
terstandardisasi (terfokus pada produk).
Bagaimanapun, untuk mencapai mass
customization merupakan suatu tantangan yang membutuhkan peningkatan kemampuan
operasional. Kaitan antara logistik, produksi dan penjualan semakin erat. Para
manajer operasi harus menggunakan sumber daya organisasi yang imajinatif dan
agresif untuk membentuk proses yang gesit, yang memproduksi produk tertentu dengan
cepat dan murah.
C. Rancangan Operasi Jasa
Sebagian besar definisi mengenai jasa
menekankan sifat jasa yang tidak dapat diraba. Dikatakan bahwa jasa adalah
sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jadi, jasa tidak
pernah ada hanya hasilnya dapat diamati sesudah jasa itu dilakukan. Perancangan
produk dan perancangan jasa tidak mempunyai perbedaan secara mendasar, hanya
dalam suatu organisasi jasa, pelayanan yang diberikan merupakan
“produk”-nya.
Faktor-faktor keputusan yang Perlu
Dipertimbangkan dalam Perancangan Jasa. Organisasi-organisasi jasa harus
memutuskan beberapa faktor kunci pelayanannya, yang secara ringkas dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Lini pelayanan yang ditawarkan
Organisasi jasa harus memutuskan
seberapa luas lini pelayanan yang akan ditawarkan. Sebagai contoh, perusahaan
asuransi harus memutuskan apakah akan menawarkan asuransi kehidupan atau
kekayaan, atau keduanya.
2. Ketersediaan pelayanan
3. Perusahaan harus menentukan lokasi
fasilitas-fasilitas untuk memberikan pelayanan yang baik, apakah satu lokasi
terpusat atau tersebar di berbagai daerah.
4. Tingkat pelayanan.
5. Organisasi harus menyeimbangkan
antara tingkat pelayanan yang diberikan kepada para langganannya dengan
kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomik pada saaat yang sama.
6. Garis tunggu dan kapasitas pelayanan
Salah satu pertimbangan yang paling
penting disain jasa adalah keputusan-keputusan yang menyangkut antara biaya
waktu yang dikeluarkan konsumen untuk menunggu dan dilayani dengan biaya
penyediaan kapasitas pelayanan yang lebih besar untuk mengurangi waktu
menunggu.
1. Kerangka
Rancangan Jasa
Kerangka ini, merupakan segitiga jasa,
mengasumsikan adanya empat unsur yang perlu diperhatikan dalam memproduksi
jasa. Unsur-unsur itu adalah:
a. Pelanggan
b. Strategi
c. Manusia
d. Sistem
Pelanggan
tentu berada dipusat dari segitiga jasa, karena jasa harus selalu berpusat
kepada pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa yang
bersangkutan. Strategi adalah pandangan atau filosofi yang dipakai untuk
mengarahkan segala aspek dari penyerahan jasa. Sistem adalah sistem fisik dan
prosedur yang dipakai.
Garis penghubung dari pelanggan ke strategi menunjukkan bahwa strategi
harus memperhatikan pelanggan terlebih dahulu dengan cara memenuhi kebutuhan
yang sebenarnya. Garis dari pelanggan ke sistem menunjukkan bahwa sistem
hendaknya dirancang dengan mengutamakan pelanggan. Garis dari pelanggan ke
manusia menunjukkan bahwa setiap orang hendaknya: bukan saja orang-orang di
bagian operasi yang menyerahkan jasa, tetapi seluruh orang dalam organisasi.
Garis dari manusia ke sistem menunjukkaan bahwa orang untuk menyerahkan jasa
yang baik bergantung pada sistem. Garis dari strategi ke sistem menunjukkan
bahwa sistem hendaknya mengikuti strategi secara logik. Garis dari strategi ke
manusia menunjukkan bahwa setiap orang dalam organisasi hendaknya memahami
orang di baris depan yang memberikan layanan jasa sering kali dipisahkan dari
strategi.
2. Menetapkan
Strategi dan Produk Jasa
Strategi jasa menetapkan dalam bisnis apa
anda bergerak. Strategi ini memberikan pedoman untuk merancang produk, sistem
penyerahan dan pengukuran. Strategi jasa memberikan suatu pandangan tentang
macam dan jenis jasa apa yang akan disajikan oleh perusahaan.
3. Sistem
Penyerahan Jasa
Sistem penyerahan jasa terdiri dari
unsur-unsur fisik dan tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi jasa
tersebut. Biasanya kelima unsur berikut ini dipertimbangkan sebagai bagian dari
sistem penyerahan jasa:
a. Teknologi: Tingkat otomasi,
peralatan, tingkat integrasi vertikal.
b. Aliran proses: Urutan kejadian yang
digunakan untuk memproduksi jasa.
c. Jenis proses: Jumlah kontak yang
terlibat, tingkat pelayanan dan integrasi.
d. Lokasi dan ukuran: Tempat dimana
proses jasa dialokasikan, ukuran dari masing-masing tempat.
e. Tenaga kerja: Ketrampilan, jenis
organisasi, sistem imbalan, tingkat partisipasi.
4. Analisis
Aliran Proses.
Sebagian besar proses untuk jasa atau
manufaktur, dapat diperbaiki dengan membuat diagram alurnya. Ide dasarnya
adalah menentukan setiap langkah proses dan menggambarkan diagram alur dari
seluruh tahap dan hubungannya. Sebagai hasil dari diagram ini, proses dapat
dianalisis untuk meningkatkan efisiensi dan pelayanan pelanggan.
D.
Perancangan dan Pengukuran Kerja
1.
Perancangan Kerja
Perancangan Kerja adalah suatu ilmu
yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan suatu
rancangan sistem kerja yang lebih baik. Prinsip-prinsip ini memiliki tujuan
mencapai tingkat efektivitas dan
efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta, aman, sehat, dan nyaman bagi
pekerja. Tujuan-tujuan tersebut dikemas menjadi EASNE.
Sebenarnya sistem kerja itu terdiri
dari manusia, bahan, perlengkapan, dan peralatan (mesin, perkakas, pembantu,
lingkungan kerja, dan keadaan pekerjaan-pekerjaan lainnya), empat komponen ini
memiliki peran besar dalam mencapai efisiensi dan produktivitas kerja. Ketika
kita berbicara tentang efisiensi, maka yang muncul di pikiran orang awam adalah
perbandingan hasil kerja yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan. Tetapi dalam
ilmu Perancangan Sistem Kerja, “ongkos” di sini meliputi waktu yang dihabiskan,
tenaga yang dikeluarkan dan/atau akibat-akibat psikologis dan sosiologis dari
pekerjaan yang bersangkutan. Semakin sedikit ongkos, maka semakin efisien pula
sistem kerjanya. Nah, ketika kita berbicara tentang produktivitas, apa yang
muncul di pikiran? Pada dasarnya, efisiensi merupakan prasyarat produktivitas
yang tinggi. Mengapa bisa begitu? Kita
ambil contoh sederhana;
Seorang operator pabrik baju
menjahit produk tanpa mesin. Memang, produk bisa dihasilkan, tetapi akan
memakan waktu yang lama serta tenaga yang harus dikeluarkan lebih banyak
ketimbang dia menjahit memakai mesin penjahit. Dia pun akan cenderung cepat
bosan dan jenuh.
Dari contoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa suatu sistem dapat memberi hasil yang sebanyak-banyaknya
tanpa memperhatikan efisiensi, tetapi ini berarti hasil tersebut diperoleh
dengan “ongkos” mahal. Sehingga, dengan efisiensi rendah, produktvitas maksimum
tidak dapat dicapai.
Karena perancangan sistem merupakan
hasil perpaduan antara pengukuran waktu dan studi gerakan, maka pengukuran
kebaikan rancangan sistem kerja tergantung pada waktu yang dihabiskan untuk
bekerja, beban-beban fisik yang dialami, serta akibat-akibat psikologis dan
sosiologis yang ditimbulkannya.
Ruang Lingkup Perancangan Sistem
Kerja
Ruang lingkup perancangan sistem
kerja meliputi penataan system kerja dan pengukuran sistem kerja.
Penataan
sistem kerja berisi prinsip-prinsip yang mengatur komponen-komponen sistem
kerja (manusia, alat, bahan, dan lingkungan) untuk menghasilkan
alternatif-alternatif sistem
kerja terbaik. Karena begitu banyaknya alternatif sistem yang akan ditemui,
maka di sinilah penataan sistem kerja akan berperan. Prinsip-prinsip penataan
sistem kerja mengarahkan kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada beberapa
alternatif terbaik sehingga usaha mencari satu sistem terbaik dapat lebih mudah
dan lebih cepat diselesaikan.
Cara menentukan alternatif yang
terbaik
Caranya adalah dengan melakukan pengukuran sistem kerja. Ada
empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik dari suatu sistem
kerja;
·
waktu serta beban-beban fisik,
·
psikologis, dan
·
sosiologis.
Suatu
sistem kerja dkatakan baik ketika waktu penyelesaian sangat singkat,
beban-beban fisik tidak melampaui batas (misalnya alat yang diapakai dalam
bekerja), serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis harus minimum (misalnya
kondisi lingkungan kerja yang dapat mengurangi performance pekerja.)
2.
Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja
adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang
operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan
sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok
dari aktivitas ini, berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu standar.
Secara historis dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan waktu standar
ini, yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas
ke bawah (top-down).
Pendekatan bottom-up dimulai
dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari suatu elemen kerja, kemudian
menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan menambahkannya
dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances time) seperti halnya
kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan personal, dan antisipasi
terhadap delays. Pendekatan dari atas kebawah (top-down) banyak digunakan
dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar adalah waktu
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi tertentu untuk
melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa, digunakan untuk
menentukan besarnya jumlah insentif yang harus dibayar pada pekerja diatas upah
dasarnya. Apapun definisi yang digunakan, pendekatan yang dipakai untuk
menghitung waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom-up. Untuk
menjelaskan prosedur penentuan waktu standar dengan
pendekatan bottom-up maka terlebih dulu perlu dipahami beberapa
definisi sebagai berikut:
·
Waktu
normal (normal time), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih
untuk melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam
kecepatan normal, dalam hal ini tidak termasuk waktu longgar untuk kebutuhan
pribadi dan waktu tunggu yang mungkin akan sangat penting jika pekerjaan
tersebut dilakukan selama 8 jam
·
Kecepatan
normal (normal pace), yaitu rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan
bekerja secara bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam
satu hari.
·
Waktu
aktual (actual time), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk
melakukan suatu pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil
pengamatan.
·
Kelonggaran
(allowance time), yaitu sejumlah waktu yang ditambahkan dalam waktu normal
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, waktu-waktu tunggu yang tak dapat dihindari,
dan kelelahan.
Penelitian dan analisa kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya
pada bagaimana suatu kegiatan akan bisa diselesaikan secara efisien. Disini
suatu kegiatan akan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya
berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu standar penyelesaian suatu
kegiatan, maka diperlukan aktivitas pengukuran kerja (work measurement atau time
study). Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu atau output standard
yang mana hal tersebut kemudian bermanfaat untuk:
·
Man
power planning
·
Estimasi
biaya-biaya untuk upah pekerja
·
Penjadwalan
produksi dan penganggaran
·
Perencanaan
sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
·
Indikasi
output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Waktu standar
secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja
yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu yang diberikan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan.
Ada beberapa macam
cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam beberapa kasus
seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan berdasar
pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanakan dengan cara
pengukuran kerja seperti:
·
Stopwatch
time study
·
Work
sampling
·
Standard
data
·
Predetermined
motion time system
Stopwatch time
study dan work sampling adalah cara pengukuran kerja secara langsung. Keduanya
umum diaplikasikan guna menetapkan wktu standar ataupun mengukur kondisi kerja
yang tidak produktif.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Setelah kami
penyusun selesai menyusun makalah ini, banyak kesimpulan yang dapat kami ambil
dan dan juga cocok untuk kita terapkan dalam dunia usaha. Salah satu kesimpulan
yang kami dapat, yaitu dengan mempelajari makalah ini maka kami dapat
menyimpulkan bahwa perencanaan dan pengawasan produksi itu sangat penting.
Dengan membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan produksi, maka kita dapat
mengurangi resiko kerugian dan resiko yang lainnya.
Dengan melakukan
pengawasan kegiatan produksi, kita bias mengetahui dima kekurangan kegiatan
produksi yang kita lakukan, sehingga kita dapat memperbaiikinya dan
mempersempit kerugian yang kita alami, bahkan memperoleh untung yang lebih
besar.
B. Daftar Pustaka
0 komentar:
Post a Comment