Saturday, April 16, 2016

Posted by imron agung On 9:57:00 PM
Hasil gambar untuk unida gontor www.edukez.com, Pada dunia perindustrian, perancangan dan pengawasan produksi sangat dibutuhkan baik untuk perusahaan yang menghasilkan produk maupun jasa, sangat dibutuhkannya perancangan ini karena akan menghasilkan penentuan-penentuan tindakan atau aktivitas pada periode-periode mendatang. Dengan adanya perancangan sistem produksi ini, diharapkan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, tepat, akurat serta kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Kelancaran proses produksi dapat menghemat biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu, perancangan dan pengawasan produksi ini diharapkan agar target produksi dapat tercapai tanpa ada hambatan-hambatan yang dapat mengganggu produksi tersebut. Oleh karena itu perencanaan produksi merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus akan digunakan dalam membantu perencanaan produksi perusahaan.

MAKALAH
PERANCANGAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI
OLEH:
Faiz Sawa Elgani   35.2014.421016
Imon Agung Khoirudin   35.2014.421015
KAMPUS MANAJEMEN UNIDA

KATA PENGANTAR
Pertama marilah kita ucapkan puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, hingga pada akhirnya kita dapat menyelesaikan tugas ini di waktu yang tepat.
Tugas ini kami buat berdasarkan kewajiaban untuk mennyelesaikan tugas matakuliah Manajemen Oprasional serta sebagai kebutuhan kami sebagai mahasiswa guna dapat lebih memahami tentang manajemen oprasional.
Tak lupa kami ucapkan beribu terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena kekurangan kami dalam memahami setiap referensi yang ada. Mengingat keterbatasan itu, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen pengampu mata kuliah ini khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Alhamdullillahirrabibil’aalamiin.

Wassaalaamu’alaikum Wr. Wb.


Bab I
Pendahuluan

A.     Latar Belakang Masalah
Pada dunia perindustrian, perancangan dan pengawasan produksi sangat dibutuhkan baik untuk perusahaan yang menghasilkan produk maupun jasa, sangat dibutuhkannya perancangan ini karena akan menghasilkan penentuan-penentuan tindakan atau aktivitas pada periode-periode mendatang. Dengan adanya perancangan sistem produksi ini, diharapkan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, tepat, akurat serta kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Kelancaran proses produksi dapat menghemat biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu, perancangan dan pengawasan produksi ini diharapkan agar target produksi dapat tercapai tanpa ada hambatan-hambatan yang dapat mengganggu produksi tersebut. Oleh karena itu perencanaan produksi merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus akan digunakan dalam membantu perencanaan produksi perusahaan.
B.     Tujuan
          Makalah ini di buat bertujuan unituk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional yang di berikan kepada kami.
  1. Untuk mengetahui materi tentang perancangan sistem produksi.
  2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perancangan sistem produksi.
  3. Untuk mengetahui tujuan perancangan sistem produksi.
C.     Pokok Permasalahan
1.   Pengertian perancangan dan pengawasan produksi secara umum
2.   Bagaimana rancangan proses produksi
3.   bagaimana rancangan prasi jasa
4.   bagaimana perancangan dan pengukuran kerja
Bab II
Pembahasan
A.     Perancangan dan Pengawasan Produksi
1.      Perancangan Produksi
   Perancangan produksi adalah perancangan suatu produk yang nantinya akan di produksi, merancang produk merupakan salah satu syarat untuk produksi. Hasil dari desain produk yang telah disetujui selanjutnya dilanjutkan ke bagian operasi untuk dijadikan sebagai spesifikasi produksi. Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan.
    Kemajuan teknologi berdampak pada berkembang pesatnya desain-desain produk yang secara terus menerus. Sebagian besar perusahaan secara kontinyu melakukan perubahan, perbaikan dan pengembangan terhadap produk-produk lama yang sudah ketinggalan jaman.
2.      Pengawasan Produksi
    Pengawasan produksi merupakan kegiatan yang terdiri dari sekumpulan prosedur yang dengan baik digariskan bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi, manusia, mesin, alat-alat (tools) dan material kedalam arus yang lancar untuk dapat menghasilkan outpit (product) dengan kemungkinan sedikit sedikit sekli interruption, dalam waktu yang secepat mungkin dan dengan pengorbanan biaya yang sekecil-kecilnya.
      Menurut Harsono (1984;87) dinyatakan bahwa:
pengawasan produksi tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengawasi produk yang jadi, tetapi pengawasan dimulai sejak dari persediaan bahan mentah sampai barang jadi.
         Pengawasan produksi dapat dikatakan menyerupai tata kerja otak manusia mengawasi tata persyaratan di dalam tubuh. Demikian pula pengawasan produksi yang mengatur kegiatan manufacturing sehingga schedule yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efisien.

Menurut Cloude S. George (1991;263) pengawasan produksi adalah:
mempercepat dan mengawasi pekerjaan melalui suatu pabrik, hingga pekerjaan bergerak dari satu departemen ke departemen lain secara sistematis tanpa adanya kelambatan dengan kemacetan-kemacetan yang minimum.
   Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengawasan produksi merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dimulai sejak penyediaan bahan mentah sampai barang jadi bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi untuk dapat menghasilkan produk dalam waktu yang tepat dan ongkos yag minimum. Secara ringkas pengawasan produksi dapat dikelompokkan sebagi berikut:
a.       Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah pengawasan produksi  yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan, sehingga produk yang dikerjakan itu sesuai dengan keinginan si pemesan baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya.Pada pengawasan ini, tiap-tiap produk pesanan harus dipisahkan dari produk pesanan yang lain, dimana setiap pesanan memiliki nomor pesanan (order)-nya tersendiri.Oleh karena itu order control dijalankan pada produksi dengan proses yang terputus-putus (intermittent manufacturing) dimana jenis mesin yang digunakan adalah mesin serba guna (general purpose machine), barang yang diproduksi mempunyai jenis dan bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan pesanan.
b.      Flow Control atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan. Pada pengawasan ini dibutuhkan suatu tingkat hasil (output) yang agak tetap atau konstan. Oleh karena itu flow control ini dijalankan pada produksi yang terus-menerus (continuous manufacturing), dimana bahan-bahan yang digunakan dalam proses mempunyai arus yang relatif tetap, dan jenis mesin yang digunakan adalah mesin khusus (special purpose machine), serta hasil produksi mempunyai bentuk dan jenis yang sama dalam jangka waktu tertentu.
c.       Load control, pengawasan terhadap pengaturan pembebanan mesin-mesin yang pengerjaan beberapa produk-produk berbagai ukuran dan variasi (contoh percetakan, penerbitan dan sebagaianya).
d.      Block control, pengawasan ini mengelompokkan order-order menurut model, ukuran, dan style tertentu dan kemudian menggabungkannya menjadi secar block. Suatu block adalah sejumlah produk yang dapat diproduksikan pabrik dalam periode tertentu missal satu hari (contoh kegiatan produksi pakaian jadi).

B.     Rancangan Proses Produksi
   Diantara keputusan penting yang harus diambil oleh para manajer operasi adalah keputusan yang meliputi rancangan proses fisik untuk memproduksi barang
1.      Seleksi proses
         Seleksi proses merupakan serangkaian keputusan mengenai tipe atau jenis produksi dan peralatan yang digunakan.
Proses produksi dapat dibedakan baik atas dasar karakteristik aliran prosesnya maupun tipe pesanan langganan. Dimensi klasifikasi proses produksi pertama adalah aliran produk atau urutan operasi-operasi. Ada tiga tipe aliran:
a.       Aliran Gari
 Produk terstandarisasi dan mengalir dari satu operasi atau tempat kerja ke operasi berikutnya dengan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Operasi-operasi aliran garis dapat dibagi menjadi dua tipe produksi, yaitu:
1)      Produksi Massa (mass production)
Memproduksi kumpulan-kumpulan produk dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan kumpulan produk sebelumnya, sehingga proses ini sering disebut sebagai repetitive process.
2)      Produksi Terus-menerus (continuous production)
Produksi yang ditandai dengan waktu produksi yang relatif lama untuk menghindari penyetelan-penyetelan, persiapan-persiapan lain dan kemacetan-kemacetan yang mahal.
        Pola aliran garis biasanya efisien tetapi juga tidak fleksibel. Efisiensi ini diakibatkan oleh substitusi proses operasi padat karya dengan proses padat modal dan standarisasi pengerjaan tugas-tugas rutin. Tingkat efisiensi yang tinggi diperlukan untuk menutup biaya peralatan-peralatan khusus melalui produksi dalam volume yang relatif besar.
Contoh: Produksi mie instant, surat kabar, dll.
b.      Aliran Intermiten
        Aliran intermiten mempunyai ciri produksi dalam kumpulan-kumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis pada interval-interval waktu yang terputur. Suatu produk atau pekerjaan akan mengalir baku sampai dengan menjadi produk akhir tidak mempunyai pola yang pasti.
         Pola aliran intermiten sangat fleksibel dalam perubahan volume atau produk, karena operasinya menggunakan oeralatan serba guna dan tenaga kerja berketerampilan tinggi. Fleksibilitas ini menimbulkan berbagai masalah dalam pengendalian persediaan, skedul dan kualitas, di samping juga agak tidak efisien. Pola ini dapat diterapkan dalam produksi barang-barang yang tidak distandarisasi atau volume produksinya rendah, karena pola ini adalah paling ekonomis dan melibatkan risiko paling kecil.
                         Contoh: Produksi furniture dan kerjainan lainny.
c.       Aliran Proyek
         Aliran ini digunakan unuk memproduksi produk-produk khusus atau unik. Biasanya setiap unit produk dibuat sebagai sauatu barang tunggal. Masalah signifikan dalam manajemen proyek adalah perencanaan, pengurutan, scheduling dan pengawasan kegiatan-kegiatan individual yang mengarahkan penyelesaiaan proyek secara keseluruhan. Secara konseptual urutan kegiatan proyek. 
Contoh dari aliran proyek ini antara lain adalah: Pesawat, kapal, kereta api, jembatan, gedung dll.
    Perbedaan Karakteristik Proses
Karakteristik
Garis
Intermiten
Proyek
Produk



Tipe order
Kontinyu/kumpulan besar
Kumpulan
Unit Tunggal
Aliran produk
Berurutan
Berpola tidak pasti
Tidak ada
Variasi produk
Rendah
Tinggi
Sangat tinggi
Tipe pasar
Massa
Pesanan
Khusus (unik)
Volume
Tinggi
Menengah
Unit tunggal
Tenaga kerja



Ketrampilan
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tipe kegiatan
Bersifat pengulangan
Tidak rutin
Tidak Rutin
Upah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Kapital



Investasi
Tinggi
Menengah
Rendah
Persediaan
Rendah
Tinggi
Menengah
Peralatan
Mesin khusus
Serba guna
Serba guna
Sasaran



Fleksibilitas
Rendah
Menengah
Tinggi
Biaya
Rendah
Menengah
Tinggi
Kualitas
Konsisten
Lebih variabel
Lebih variabel
Waktu penyelesaian
Rendah
Menengah
Tinggi
Perencanaan danPengawasan



Produksi
Mudah
Sulit
Sulit
Kualitas
Mudah
Sulit
Sulit
Persediaan
Mudah
Sulit
Sulit
 Klasifikasi proses produksi berdasarkan tipe langganan dibagi dua, yaitu:
1.            Proses Produksi untuk Pesanan.
        Proses ini pada dasarnya memproduksi barang-barang dan jasa-jasa atas dasar permintaan atau pesanan tertentu langganan akan suatu produk. Dalam proses produksi untuk pesanan, kegiatan pemrosesan menyesuaikan denganspesifikasi pesanan langganan secara individual.
Faktor terpenting dalam pelaksanaan proses produksi untuk pesanan adalah waktu penyelesaian. Sebelum pesanan dilakukan, harus dilakukan kesepakatan waktu penyelesaian terlebih dahulu.
2.            Proses Produksi untuk Persediaan
        Proses ini menetapkan bahwa perusahaan selalu melakukan kegiatan produksi guna mengisi persediaan yang ada. Permintaan langganan dipenuhi dengan produk-produk standar dari persediaan. Persediaan digunakan untuk memenuhi permintaan yang tidak pasti dan merencanakan kebutuhan kapasitas. Oleh karena itu, forecasting, manajemen persediaan, dan perencanaan kapasitas menjadi esensial bagi suatu operasi produksi untuk persediaan.
Faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah tindakan penggunaan aktiva produksi (persediaan dan kapasitas) dan pelayanan langganan, yang mencakup perputaran persediaan, pemanfaatan kapasitas, penggunaan kerja lembur, dan persentase permintaan dapat dipenuhi dari persediaan.

Perbedaan pokok jenis proses produksi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Karakteristik
Pesanan
Persediaan



Produk
Spesifikasinya ditentukan langganan
Tidak distandarisasi
Volume kecil
Variasi besar
Relatif mahal
Spesifikasinya ditentukan perusahaan
Distandarisasikan
Volume besar
Variasi kecil
Relatif murah
Sasaran
Pemenuhan waktu penyelesaiaan dan pengelolaan kapasitas
Keseimbangan persediaan, kapasitas dan pelayanan
Masalah utama
Ketepatan pengiriman
Pengawasan pengiriman
Forecasting
Perencanaan produksi
Pengendalian persediaan
2.      Keputusan Seleksi Proses
   Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan seleksi proses secara ringkas dapat diperinci sebagai berikut:
a.       Kebutuhan modal.
b.      Kondisi pasar.
c.       Tenaga kerja
d.      Bahan mentah
e.       Teknologi
f.        Ketrampilan manajemen

3.      Strategi Proses Produk
         Strategi proses produk adalah sebuah keputusan penting yang dilakukan oleh manajer operasi adalah menemukan cara produksi yang terbaik. Sebuah strategi proses (process strategy) atau transformasi adalah sebuah pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa.
          Tujuan strategi proses adalah menemukan suatu cara memproduksi barang dan jasa yang memenuhi persyaratan pelanggan dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya dan manajerial lain. Strategi proses produk merupakan proses yang akan mempunyai dampak jangka panjang pada efisiensi dan produksi, begitu juga pada fleksibelitas biaya, dan kualitas barang yang diproduksi
Ada empat strategi proses yaitu:
a.       Fokus pada Proses
Tujuh puluh lima persen dari semua produksi global berdedikasi untuk membuat produk yang bervolume rendah, tetapi bervariasi tinggi, pada tempat yang disebut dengan “job shop”. Fasilitas seperti itu diatur sesuai dengan aktivitas atau proses tertentu.
Contoh perusahaan yang menggunakan strategi fokus pada proses:
1)      Dalam sebuah pabrik, proses yang ada mungkin berupa departemen yang menangani pengelasan, penghalusan, dan pengecatan.
2)      Dalam sebuah kantor, proses yang ada dapat berupa penanganan utang, penjualan, dan pembayaran.
3)      Dalam sebuah restoran proses tersebut, mungkin berupa bar, panggangan, dan pembuat roti.
b.      Fokus Berulang
Proses berulang berada di antara strategi yang terfokus pada produk dan proses. Proses berulang menggunakan modul. Modul adalah bagian atau komponen yang telah dipersiapkan sebelumnya, yang sering berada dalam proses yang kontinu. Lini proses berulang (repetitive process) sama dengan lini perakitan klasik.
 Lini yang secara luas digunakan di dalam hampir seluruh perakitan mobil dan peralatan rumah tangga; lebih terstruktur dan karenanya menjadi lebih tidak fleksibel dibandingkan adanya customizing yang lebih dibandingkan suatu proses kontinu; modul (sebagai contoh, daging, keju, saus, buah tomat, bawang) dirakit untuk mendapatkan suatu quasi-custom produk, yaitu roti la­pis keju.
 Dengan cara ini, perusahaan memperoleh keunggulan ekonomis dari model yang kontinu (di mana banyak modul disiapkan) dan keunggulan umum model, yaitu volume rendah, dengan banyak variasi
c.       Fokus pada produk
  Proses yang memiliki volume tinggi dan variasi yang rendah adalah proses fokus pada produk (product-focused). Fasilitas diatur di sekeliling produk. Proses ini disebut juga dengan proses kontinu, sebab mempunyai lintasan produksi yang sangat panjang, dan kontinu.
  Produk seperti kaca, kertas, lembaran timah, bohlam lampu, bir, dan baut dibuat melalui suatu proses yang kontinu. Beberapa produk, seperti bohlam lampu, dibuat dalam proses yang diskrit; yang lain, seperti gulungan kertas, adalah non-diskrit. Perusahaan dapat mendirikan fasilitas yang terfokus pada produk hanya dengan standardisasi dan pengendalian kualitas yang efektif.
  Sebuah organisasi yang memproduksi bola lampu yang sama, atau roti hot dog setiap hari dapat mengatur fasilitas di sekitar produk. Sebuah organisasi memiliki kemampuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menetapkan standar dan menjaga kualitas tertentu, yang berbanding terbalik dengan organisasi yang memproduksi produk unik tiap hari, seperti percetakan atau rumah sakit umum.


d.      Fokus Mass Customization
 Para manajer operasi telah memproduksi jasa dan barang pilihan ini melalui apa yang dikenal sebagai mass customization. Tetapi mass customization bukan hanya tentang variasi produk, tetapi bagaimana secara ekonomis mengetahui dengan apa yang diinginkan pelanggan dan kapan pelanggan menginginkannya.
  Mass customization merupakan pembuatan produk dan jasa yang dapat memenuhi keinginan pelanggan yang semakin unik, secara cepat dan murah. Mass customization memberikan kita variasi produk yang biasanya disediakan oleh manufaktur yang bervolume rendah (terfokus pada proses) dengan biaya seperti manufaktur yang bervolume tinggi dan terstandardisasi (terfokus pada produk).
 Bagaimanapun, untuk mencapai mass customization merupakan suatu tantangan yang membutuhkan peningkatan kemampuan operasional. Kaitan antara logistik, produksi dan penjualan semakin erat. Para manajer operasi harus menggunakan sumber daya organisasi yang imajinatif dan agresif untuk membentuk proses yang gesit, yang memproduksi produk tertentu dengan cepat dan murah.

C.     Rancangan Operasi Jasa

         Sebagian besar definisi mengenai jasa menekankan sifat jasa yang tidak dapat diraba. Dikatakan bahwa jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jadi, jasa tidak pernah ada hanya hasilnya dapat diamati sesudah jasa itu dilakukan. Perancangan produk dan perancangan jasa tidak mempunyai perbedaan secara mendasar, hanya dalam suatu organisasi jasa, pelayanan yang diberikan merupakan “produk”-nya.         
        Faktor-faktor keputusan yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perancangan Jasa. Organisasi-organisasi jasa harus memutuskan beberapa faktor kunci pelayanannya, yang secara ringkas dapat diperinci sebagai berikut:
1.      Lini pelayanan yang ditawarkan
Organisasi jasa harus memutuskan seberapa luas lini pelayanan yang akan ditawarkan. Sebagai contoh, perusahaan asuransi harus memutuskan apakah akan menawarkan asuransi kehidupan atau kekayaan, atau keduanya.
2.      Ketersediaan pelayanan
3.      Perusahaan harus menentukan lokasi fasilitas-fasilitas untuk memberikan pelayanan yang baik, apakah satu lokasi terpusat atau tersebar di berbagai daerah.
4.      Tingkat pelayanan.
5.      Organisasi harus menyeimbangkan antara tingkat pelayanan yang diberikan kepada para langganannya dengan kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomik pada saaat yang sama.
6.      Garis tunggu dan kapasitas pelayanan
        Salah satu pertimbangan yang paling penting disain jasa adalah keputusan-keputusan yang menyangkut antara biaya waktu yang dikeluarkan konsumen untuk menunggu dan dilayani dengan biaya penyediaan kapasitas pelayanan yang lebih besar untuk mengurangi waktu menunggu.
1.      Kerangka Rancangan Jasa
       Kerangka ini, merupakan segitiga jasa, mengasumsikan adanya empat unsur yang perlu diperhatikan dalam memproduksi jasa. Unsur-unsur itu adalah:
a.       Pelanggan
b.      Strategi
c.       Manusia
d.      Sistem
  Pelanggan tentu berada dipusat dari segitiga jasa, karena jasa harus selalu berpusat kepada pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa yang bersangkutan. Strategi adalah pandangan atau filosofi yang dipakai untuk mengarahkan segala aspek dari penyerahan jasa. Sistem adalah sistem fisik dan prosedur yang dipakai.
  Garis penghubung dari pelanggan ke strategi menunjukkan bahwa strategi harus memperhatikan pelanggan terlebih dahulu dengan cara memenuhi kebutuhan yang sebenarnya. Garis dari pelanggan ke sistem menunjukkan bahwa sistem hendaknya dirancang dengan mengutamakan pelanggan. Garis dari pelanggan ke manusia menunjukkan bahwa setiap orang hendaknya: bukan saja orang-orang di bagian operasi yang menyerahkan jasa, tetapi seluruh orang dalam organisasi. Garis dari manusia ke sistem menunjukkaan bahwa orang untuk menyerahkan jasa yang baik bergantung pada sistem. Garis dari strategi ke sistem menunjukkan bahwa sistem hendaknya mengikuti strategi secara logik. Garis dari strategi ke manusia menunjukkan bahwa setiap orang dalam organisasi hendaknya memahami orang di baris depan yang memberikan layanan jasa sering kali dipisahkan dari strategi.
2.      Menetapkan Strategi dan Produk Jasa
   Strategi jasa menetapkan dalam bisnis apa anda bergerak. Strategi ini memberikan pedoman untuk merancang produk, sistem penyerahan dan pengukuran. Strategi jasa memberikan suatu pandangan tentang macam dan jenis jasa apa yang akan disajikan oleh perusahaan.
3.      Sistem Penyerahan Jasa
   Sistem penyerahan jasa terdiri dari unsur-unsur fisik dan tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi jasa tersebut. Biasanya kelima unsur berikut ini dipertimbangkan sebagai bagian dari sistem penyerahan jasa:
a.       Teknologi: Tingkat otomasi, peralatan, tingkat integrasi vertikal.
b.      Aliran proses: Urutan kejadian yang digunakan untuk memproduksi jasa.
c.       Jenis proses: Jumlah kontak yang terlibat, tingkat pelayanan dan integrasi.
d.      Lokasi dan ukuran: Tempat dimana proses jasa dialokasikan, ukuran dari masing-masing tempat.
e.       Tenaga kerja: Ketrampilan, jenis organisasi, sistem imbalan, tingkat partisipasi.
4.      Analisis Aliran Proses.
    Sebagian besar proses untuk jasa atau manufaktur, dapat diperbaiki dengan membuat diagram alurnya. Ide dasarnya adalah menentukan setiap langkah proses dan menggambarkan diagram alur dari seluruh tahap dan hubungannya. Sebagai hasil dari diagram ini, proses dapat dianalisis untuk meningkatkan efisiensi dan pelayanan pelanggan.
D.     Perancangan dan Pengukuran Kerja
1.      Perancangan Kerja
Perancangan Kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang lebih baik. Prinsip-prinsip ini memiliki tujuan mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta, aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja. Tujuan-tujuan tersebut dikemas menjadi EASNE.
Sebenarnya sistem kerja itu terdiri dari manusia, bahan, perlengkapan, dan peralatan (mesin, perkakas, pembantu, lingkungan kerja, dan keadaan pekerjaan-pekerjaan lainnya), empat komponen ini memiliki peran besar dalam mencapai efisiensi dan produktivitas kerja. Ketika kita berbicara tentang efisiensi, maka yang muncul di pikiran orang awam adalah perbandingan hasil kerja yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan. Tetapi dalam ilmu Perancangan Sistem Kerja, “ongkos” di sini meliputi waktu yang dihabiskan, tenaga yang dikeluarkan dan/atau akibat-akibat psikologis dan sosiologis dari pekerjaan yang bersangkutan. Semakin sedikit ongkos, maka semakin efisien pula sistem kerjanya. Nah, ketika kita berbicara tentang produktivitas, apa yang muncul di pikiran? Pada dasarnya, efisiensi merupakan prasyarat produktivitas yang tinggi. Mengapa bisa begitu?  Kita ambil contoh sederhana;
Seorang operator pabrik baju menjahit produk tanpa mesin. Memang, produk bisa dihasilkan, tetapi akan memakan waktu yang lama serta tenaga yang harus dikeluarkan lebih banyak ketimbang dia menjahit memakai mesin penjahit. Dia pun akan cenderung cepat bosan dan jenuh.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu sistem dapat memberi hasil yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan efisiensi, tetapi ini berarti hasil tersebut diperoleh dengan “ongkos” mahal. Sehingga, dengan efisiensi rendah, produktvitas maksimum tidak dapat dicapai.
Karena perancangan sistem merupakan hasil perpaduan antara pengukuran waktu dan studi gerakan, maka pengukuran kebaikan rancangan sistem kerja tergantung pada waktu yang dihabiskan untuk bekerja, beban-beban fisik yang dialami, serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya.
Ruang Lingkup Perancangan Sistem Kerja
Ruang lingkup perancangan sistem kerja meliputi penataan system kerja dan pengukuran sistem kerja.
Penataan sistem kerja berisi prinsip-prinsip yang mengatur komponen-komponen sistem kerja (manusia, alat, bahan, dan lingkungan) untuk menghasilkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Karena begitu banyaknya alternatif sistem yang akan ditemui, maka di sinilah penataan sistem kerja akan berperan. Prinsip-prinsip penataan sistem kerja mengarahkan kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada beberapa alternatif terbaik sehingga usaha mencari satu sistem terbaik dapat lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan.
Cara menentukan alternatif yang terbaik
Caranya adalah dengan melakukan pengukuran sistem kerja. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik dari suatu sistem kerja;
·         waktu serta beban-beban fisik,
·         psikologis, dan
·         sosiologis.
  Suatu sistem kerja dkatakan baik ketika waktu penyelesaian sangat singkat, beban-beban fisik tidak melampaui batas (misalnya alat yang diapakai dalam bekerja), serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis harus minimum (misalnya kondisi lingkungan kerja yang dapat mengurangi performance pekerja.)
2.      Pengukuran Kerja
          Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini, berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu standar. Secara historis dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan waktu standar ini, yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).
          Pendekatan bottom-up dimulai dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari suatu elemen kerja, kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances time) seperti halnya kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan personal, dan antisipasi terhadap delays. Pendekatan dari atas kebawah (top-down) banyak digunakan dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa, digunakan untuk menentukan besarnya jumlah insentif yang harus dibayar pada pekerja diatas upah dasarnya. Apapun definisi yang digunakan, pendekatan yang dipakai untuk menghitung waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom-up. Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu standar dengan pendekatan bottom-up maka terlebih dulu perlu dipahami beberapa definisi sebagai berikut:
·         Waktu normal (normal time), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam kecepatan normal, dalam hal ini tidak termasuk waktu longgar untuk kebutuhan pribadi dan waktu tunggu yang mungkin akan sangat penting jika pekerjaan tersebut dilakukan selama 8 jam
·         Kecepatan normal (normal pace), yaitu rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja secara bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam satu hari.
·         Waktu aktual (actual time), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil pengamatan.
·         Kelonggaran (allowance time), yaitu sejumlah waktu yang ditambahkan dalam waktu normal untuk memenuhi kebutuhan pribadi, waktu-waktu tunggu yang tak dapat dihindari, dan kelelahan.
    Penelitian dan analisa kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada bagaimana suatu kegiatan akan bisa diselesaikan secara efisien. Disini suatu kegiatan akan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu standar penyelesaian suatu kegiatan, maka diperlukan aktivitas pengukuran kerja (work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu atau output standard yang mana hal tersebut kemudian bermanfaat untuk:
·         Man power planning
·         Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja
·         Penjadwalan produksi dan penganggaran
·         Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
·         Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
          Waktu standar secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan.
           Ada beberapa macam cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam beberapa kasus seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan berdasar pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanakan dengan cara pengukuran kerja seperti:
·         Stopwatch time study
·         Work sampling
·         Standard data
·         Predetermined motion time system
          Stopwatch time study dan work sampling adalah cara pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum diaplikasikan guna menetapkan wktu standar ataupun mengukur kondisi kerja yang tidak produktif.

Bab III
Penutup

A.     Kesimpulan
Setelah kami penyusun selesai menyusun makalah ini, banyak kesimpulan yang dapat kami ambil dan dan juga cocok untuk kita terapkan dalam dunia usaha. Salah satu kesimpulan yang kami dapat, yaitu dengan mempelajari makalah ini maka kami dapat menyimpulkan bahwa perencanaan dan pengawasan produksi itu sangat penting. Dengan membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan produksi, maka kita dapat mengurangi resiko kerugian dan resiko yang lainnya.
Dengan melakukan pengawasan kegiatan produksi, kita bias mengetahui dima kekurangan kegiatan produksi yang kita lakukan, sehingga kita dapat memperbaiikinya dan mempersempit kerugian yang kita alami, bahkan memperoleh untung yang lebih besar.



B.     Daftar Pustaka




0 komentar:

Post a Comment