Wednesday, December 5, 2018

Posted by imron agung On 3:20:00 PM
doc. seam group
EDUKEZ.COM PT Sumber Energi Alam Mineral (SEAM) menerbitkan Surat Berharga Investasi Jangka Pendek (SBI-JP). Aksi korporasi ini merangkul Ascort Asia Group, konsultan independen dalam penerbitan dan pendistribusian SBI-JP ke calon investor ritel atau private placement.

Dalam aksi ini, perusahaan menggandeng Ascort Asia Group selaku konsultan independen dan pendistribusian SBI-JP tersebut ke para calon investor ritel secara terbatas. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) pun terlibat sebagai agen pemantau, penjaminan dan pembayaran dalam SBI-JP SEAM Group.
"SBI-JP ini totalnya Rp1 triliun tenor 180 hari dan 360 hari, bunga 12% gross per tahun," kata CEO Ascort Asia, Anthony Soewandy di Jakarta.
Ia melanjutkan, SBI-JP tersebut akan mulai ditawarkan kepada investor ritel sejak hari ini, Senin (3/12/2018) hingga lima bulan mendatang. Di mana, nilai pembelian minimal sebesar Rp100 juta.
"Jika berkaca pada penerbitan SBI-JP sebelumnya, maka setiap investor ritel umumnya rata-rata berinvestasi sebesar Rp1 miliar.
Adapun jaminan dari penerbitan SBI-JP tersebut adalah dua lahan seluas tujuh hektare di Subang Jawa Barat milik SEAM Grup dan kawasan industri seluas 128 hektare di Subang milik SEAM Grup.
Dalam kesempatan yang sama, CEO SEAM Group, Asep Sulaeman mengatakan, dana hasil penerbitan surat berharga bakal dialokasikan SEAM Group untuk membangun jalan tambang sepanjang 143 kilometer dari kawasan tambang di Katingan hingga pelabuhan batu bara. Selain itu, juga untuk pembangunan pelabuhan batu bara di Katingan, Kalimantan Tengah.
"Sebesar 50% dana hasi penerbitkan SBI-JP itu akan digunakan untuk pembangunan jalan, 10% untuk pembangunan dermaga pelabuhan batu bara dan 40% untuk tambang batu kerikil untuk bahan baku pembangunan jalan," ujarnya.
Ia mengatakan, jalan tersebut akan mulai dibangun sekarang hingga rampung pada kuartal III 2019. Selanjutnya, jalan itu akan dapat digunakan oleh 20 pemegang Ijin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara di Katingan.
"Tapi, setiap pengguna jalan tersebut akan dikenakan biaya US$3-6 per metrik ton batu bara," kata dia.
Alhasil, perusahaan akan meraup US$60 juta atau Rp900 miliar pada tahun pertama dan akan meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas produksi batu bara di kawasan tersebut.
"Itu sekitar 60% dari pendapatan kami, ini akan jadi pendapatan utama kami," pungkasnya.